Bagaimana Ku Harus Mencintaimu?
March 12, 2015Pantaskah Aku Menjadi Hamba Pilihan-Mu
March 26, 2015Saudaraku seiman, kalau kita diberikan arti kata tauhid, sudah tentu kita bisa mentafsirkannya ke berbagai macam arti. Tauhid memang diidentifikasikan dengan banyak macam makna. Ada yang bilang artinya satu sama dengan wahid, dan dikonotasikan dengan tauhid. Bagaimana menurut teman teman? Apalagi dengan derasnya globalisasi, tauhid bahkan sudah memiliki banyak pengertian dari banyak ulama. Pengen tahu apakah sebenarnya arti dibalik kata Satu? Apakah makna dibalik frase Wahid? Nah muncul pertanyaan kan? Maka dari itu kaLam kali ini datang dengan angin segar, selain ada event CERIA, KaLAM juga hadir diantara kalian dengan event MADINA yang bisa juga disebut Majelis Ibnu Sina, tepatnya hari ini tanggal 13 Maret 2015 pukul empat sore di lantai satu Masjid Ibnu Sina Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Acara dimulai dengan beberapa patah kata pembukaan oleh Sena selaku pembawa acara, kemudian diikuti dengan Arham yang membacakan Al Qur’an. Resmi dimulailah acara kaLam hari ini. Begitu suara ustad yang memaparkan materi menggema diseluruh masjid, Jama’ah MADINA khidmat mendengarkan sambil menikmati beberapa cemilan yang disuguhkan panitia.
Ustadz Amrullah langsung menjabarkan tentang mengapa kita harus belajar mengenai sesuatu hal. Apapun yang kita lakukan baik itu berdagang, belajar, bekerja haruslah tahu bagaimana prosedurnya dan bagaimana mekanisme yang harus dilakukan sampai yang dilarang untuk dilakukan. Dengan belajar seperti para jama’ah MADINA dan tentunya pembaca Website kaLam ini inshaaAllah kita semua belajar agar tahu mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak untuk dilakukan. Beliau juga menuturkan bahwa “Mulianya sebuah ilmu bergantung pada mulianya sesuatu ilmu tersebut.” Semisal kita sebagai civitas akademika di FK UGM belajar mengenai anatomi, ataupun pelajaran lain, Apabila pelajaran anatomi susah dan terlihat lebih bergengsi, maka otomatis kita akan mempelajarinya dengan saksama, daripada pelajaran yang mungkin lebih mudah lainnya. Kita akan lebih terlihat paling menonjol apabila kita menguasai ilmu yang bergengsi tersebut.
Sama dengan Ilmu Mulia yang kali ini akan dibahas, bahwa Ilmu Tauhid adalah termasuk ilmu yang amat mulia karena ilmu ini mempelajari tentang zat yang paling mulia yaitu tentang Allah Azza Wa Jala. Nah, ustadz Amrullah juga mengingatkan sebaiknya apabila kita belajar sesuatu kita harus segera mencatatnya karena manusia tempatnya luput dan lupa, “Ikatlah Ilmu dengan mencatatnya.” Kata beliau.
Menurut Ustadz Amrullah, Dalam mempelajari Tauhid, ada dua pertanyaan besar yang menunggu kita. Yang pertama apa sebenarnya arti Tauhid dan apa saja klasifikasi dari Tauhid. Pada zaman Rasullulah saw tidak ada yang membahas apakah makna tauhid, apakah klasifikasi tauhid karena pada zaman Rasul, para Sahabat tidak terlalu banyak bertanya mengenai titah Rasul. Selama dipinta oleh Rasul, Para Sahabat langsung mengerjakannya. Tauhid akan membuat sesuatu hal menjadi satu, Tauhid juga bisa dimaknai dengan mengikhlaskan ibadah kta hanya kepada Allah swt. Banyak contoh yang dipaparkan ustadz Amrullah, misalnya ada orang yang meyakini bahwa ada makhluk lain selain Allah yang dapat mengatur alam semesta. Sungguh celakalah orang itu karena dosa tidak bertauhid kepada Allah adalah dosa yang amat pedih dan akan kebal di neraka selama-lamanya. Maka sebelum itu terjadi lekatkanlah nama nama Allah dan sifat sifat Allah disetiap sekelumit doa yang kita panjatkan selepas shalat fardu. Kita harus memiliki keyakinan akan kuasa Allah sebagai sang Pencipta.
Namun, para Ulama melihat beberapa ulasan mengenai perilaku Rasul, apabila dalam pengerjaannya Rasul mengerjakannya secara rutin dan itu terlihat di Al Quran hukumnya wajib, maka menurut Ulama aktivitas itu hukumnya wajib. Kalau Rasulullah mengerjakan suatu hal namun di waktu lain Rasul berkata bahwa hal itu boleh tidak dilakukan, Ulama menafsirkan aktifitas tersebut artinya Sunnah. Ada juga haram dan Makruh dimana Rasul pernah melakukannya walau pernah juga dilarang. Maka dari itu Tauhid dibagi menjadi 3 pokok besar, antara lain :
- Tauhid Rububiyyah
Yaitu mengesakan Allah dalam penciptaan, kepemilikan dan pengaturan.
Ustadz Amrullah memberikan contoh tentang seorang Firaun yang congkak dan angkuh. Firaun amatlah menentang kalimat Tauhid. Ia dengan sombongnya mengaku sebagai Tuhan.
Di dalam Al Qur’an juga dikisahkan Ada Raja Namrud, raja yang mengaku bisa menghidupkan dan mematikan manusia dengan memberikan hukuman mati dan bebas hukuman. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kemudian mengatakan, “Sesungguhnya Allah yang menerbitkan matahari dari Timur maka terbitkanlah dari Barat!” Ketika itu diamlah si thaaghut ini dan tidak bisa menjawab apa-apa. Dengan kisah ini, kita dapat ambil kesimpulan bahwa manusia dengan segala keterbatasannya harus memahami bahwa kita adalah makhluk kecil nan lemah.
Untuk arti Tauhid Rububiyyah, Yang dimaksud mengesakan Allah dalam penciptaan adalah seseorang meyakini bahwasannya tidak ada pencipta kecuali Allah. Ini sudah merupakan fitrah manusia. Berikut Allah berfirman:
“Ingatlah menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah”. (QS. Al A’ raaf :54)
Adapun yang dimaksud dengan mengesakan kekuasaan dan kepemilikan adalah meyakini bahwa tidak ada yang menguasai dan memiliki seluruh makhluk yang terdapat dilangit maupun dibumi kecuali Allah. Hal ini Allah nyatakan dalam firmannya:
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi”. (QS. Ali ‘Imran :189)
Dan juga dalam firman-Nya:
“Katakanlah: Siapakah yang ditangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu“. (QS. Al Mu’minun: 88)
Sedangkan yang dimaksud mengesakan Allah dalam pengaturan adalah yaitu seseorang meyakini bahwasannya tidak ada yang mengatur kecuali Allah semata. Sebagaimana Allah berfirman:
“Dan siapakah yang mengatur segala urusan?. Maka niscaya mereka menjawab: Allah. Maka katakanlah: Mengapa kalian tidak bertakwa?. Maka itulah Allah Rabb kalianyang sebenarnya, maka tidak ada sesudah kebenaran melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kalian berpaling?“. (QS. Yunus: 31)
Tidak ada yang mengingkari tauhid Rububiyyah kecuali Fir’aun,Namrud dan kaum komunis.Orang yang mengingkari tauhid Rububiyyah terhitung sebagai kafir mulhid (atheis).
- Tauhid Uluhiyyah
Tauhid Uluhiyyah adalah mengesakan Allah dalam peribadatan kepada-Nya. Tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah. Allah berfirman:
“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil“. (Luqman: 30)
Kebanyakan manusia pada umumnya mengingkari dan menentang tauhid ini. Maka demi mengembalikan tauhid inilah Allah mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya kepada mereka. Allah berfirman:
“Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Aku, mala beribadahlah kalian kepada-Ku”. (Al-Anbiya: 25)
Orang-orang yang mengingkari tauhid jenis ini adalah kaum musyrikin dimasa lalu dan para penyembah kubur dimasa sekarang.
- Tauhid Asma’ was Sifat
Tauhid Asma’ was Sifat adalah memurnikan nama-nama dan sifat-sifat-Nya bagi Allah.
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia”. (Asy Syura: 11)
Ayat ini menunjukan bahwa seluruh sifat Allah tidak diserupai oleh satupun dari Makhluk-makhluk-Nya. Maka barangsiapa tidak menetapkan atau menolak apa yang Allah tetapkan bagi diri-Nya, maka dia seorang mu’aththil (orang yang menolak nama-nama dan sifat-sifat Allah). Dan tindakannya ini serupa dengan Fir’aun. Dan barangsiapa menetapkannya namun disertai dengan penyerupaan, maka dia menyerupai kaum musyrikin yang menyekutukan Allah. Dan seorang muwahhid (orang yang bertauhid) adalah yang menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah tanpa menyerupakan-Nya dengan makhluk-Nya.
Kurang lebihnya mohon maaf, kalau ada salah kata atau catatan silahkan di pm
ke email perangkum acara : annisanps12@gmail.com
Karena manusia memang tempatnya luput dan lupa, kesempurnaan hanya milik Allah ta’ala. Salam Semangat!
Annisa Nurul Pratiwi Sudarmadi
annisanps12@gmail.com // Publikasi dan Media