Homeostasis (Part 1)
November 24, 2015Soft Launching KaLAM FK UGM 1437 H
January 16, 2016“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al Qashash: 77)
Nah ini nih 3 kebutuhan mendasar yang manusia butuhkan dalam ilmu keseimbangan yang sedang kita bahas.
- Kebutuhan jiwa (ruhiyah)
Kebutuhan jiwa sudah jelas merupakan kebutuhan yang paling utama. Saking dahsyatnya kebutuhan jiwa, hal ini mengilhami W.R. Soepratman mencantumkannya dalam lirik lagu Indonesia Raya dan mendahulukan jiwa ketimbang raga (fisik).
“Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya”
Untuk memenuhi kebutuhan jiwa, intinya sederhana, kok: jalankan perintah Allah dan jauhi larangan-Nya.
Konsep taqwa yang kita jalankan insya Allah akan senantiasa membersihkan segala noda dan kotoran, sehingga jiwa kita tetap terjaga dalam kondisinya yang suci.
Penerapannya, misal dengan sholat tepat waktu, mengaji, puasa, berinfaq, menjaga silaturahim, serta amalan-amalan lainnya. Bahkan, ada pula kajian bertemakan “tazkiyatun nafs” yang khusus mengisi ulang baterai jiwa dan hati yang mulai berkurang.
” … Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar Ra’d: 28)
- Kebutuhan fisik (jasadiyah)
Setelah jiwa terbangun, maka raga akan dapat terbentuk. Ini nih ada ungkapan yang sudah sangat masyhur di kalangan kita:
“Men sana in corpre sano”
Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat.
Nah kan, sama sekali tidak bertentangan dan saling berkaitan. Ketika kebutuhan jiwa sudah terpenuhi, maka sudah tidak ada lagi penghalang bagi kita untuk menafkahi sang raga.
Kebutuhan raga ini beragam loh, misal berupa istirahat dan tidur yang cukup, makan tepat waktu dengan gizi seimbang, mandi 2x sehari, olahraga teratur meski hanya dengan bersepeda ke kampus, bahkan menikah.
Eits, ingat ya, me-ni-kah, BUKAN pacaran!
“Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.” (Q.S Al Furqan: 47)
- Kebutuhan pikiran (fikriyah)
Kebutuhan terakhir ini berkaitan dengan nikmat yang teramat besar yang dikaruniakan oleh Allah kepada manusia. Nikmat tersebut bernama ‘akal’. Nah, nikmat akal inilah yang membuat Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam sebagai bentuk hormat (bukan penghambaan)
Karena pada saat itu Adam telah berhasil menjawab semua pertanyaan yang diajukan padanya, sedangkan malaikat tak satu pun mampu menjawabnya. Maka sangat disayangkan jika nikmat akal sebagai aset berharga manusia ini disia-siakan.
Lantas, bagaimana cara kita mensyukuri nikmat akal ini?
Tak lain dan tak bukan dengan giat dan tekun belajar sesuai bidang masing-masing kemudian mengamalkannya, maka insya Allah sudah menjadi salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pikiran kita.
“Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan” – Imam Syafi’i. Pilih belajar dengan rajin atau menelan pil pahit kebodohan?
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang menciptakan.” (Q.S. Al ‘Alaq: 1)
Naah, sudah paham kan tentang ilmu keseimbangan ini? Bisa tanya via PM akun kami loh kalo masih ada yang dibingungkan hehe
Maka mulai dari detik ini, apapun posisi kita sekarang.. Yuukkk berlaku adil dan seimbang 🙂
-MFBAF