Isra’ Mi’raj : A Journey at The Speed of Light (Part 1)
May 15, 2015Isra’ Mi’raj : A Journey at The Speed of Light (Part 3)
May 15, 2015#2 The Science, the Wonder: Relativity and Photon
- Hmm… Tapi Isra’ Miraj kan terjadi cuma dalam hitungan menit atau mungkin detik, bukan ratusan juta tahun sampe manusia punah semua? Buktinya pembaringan Rasulullah saw masih anget habis beliau balik dari perjalanan ini…
Yap, betul lagi. Inilah salah satu hal yang membuat sains belum 100% dapat menjelaskan peristiwa Isra’ Miraj. Namun jawaban terdekatnya adalah: Relativitas. Kurva waktu berbanding kecepatan menjelaskan bahwa semakin dekat kecepatan benda dengan kecepatan cahaya, waktu di sekitarnyapun akan melambat. Ketika akhirnya sebuah benda mencapai kecepatan cahaya, waktu di sekitarnya akan berhenti-ti-ti. Inilah penjelasan paling dekat terhadap perjalanan luar biasa ini.
- Tunggu dulu, tapi kan beda sama malaikat, Rasulullah saw kan nggak tercipta dari cahaya?
Sip sip. Sebelum menjawab itu, mungkin kita cari tahu dulu, apa sih cahaya itu?
Cahaya adalah gerombolan partikel dengan frekuensi tertentu. Partikel tersebut bernama photon dan frekuensi yang berbeda akan menghasilkan warna cahaya yang berbeda. Bisa kita lihat, misalnya lampu senter ada yang warna putih ada yang warna kuning.
Photon sendiri merupakan suatu paket energi yang dilepaskan dari elektron yang merupakan bagian dari atom. Atom memiliki nukleus yang dikelilingi oleh elektron yang berputar pada suatu orbit, seperti bumi yang mengelilingi matahari pada tata surya. Jumlah elektron pada suatu atom ini akan menentukan atom apa yang dia bentuk, misal atom hidrogen memiliki 1 elektron saja, atom helium memiliki 2 elektron.
Nah, pada lingkungan berenergi tinggi, misalnya panas banget kayak di matahari, elektron akan tereksitasi lalu naik ke orbit yang lebih tinggi. Beberapa saat kemudian elektron akan berusaha turun ke orbit asalnya lagi dan kemudian melepaskan energi yang tadi dia pakai untuk naik ke orbit lain. Energi inilah si photon. Kemudian jarak orbit perpindahan inilah yang menjadi penentu frekuensi cahaya. Misal, jarak orbitnya adalah 556 nm, maka cahaya yang timbul adalah cahaya dengan panjang gelombang 556 nm, yaitu cahaya dengan warna kuning.
(Bersambung)